Asal Mula Lahirnya Kehidupan Masyarakat Batak Toba

Asal Mula Lahirnya Kehidupan Masyarakat Batak Toba

      Pengetahuan orang batak tentang asal usulnya merambah jauh sampai ke masa lampau. Ini berlaku baik bagi orang per orang maupun kelompok. Setiap orang yang moyangnya tidak tercerabut dari kelompok kerabatnya (misalnya karena diculik, diambil sebagai budak karena hutang yang tak dapat dibayarnya, atau karena lari setelah melakukan pelanggaran), selama kemelut zaman pidari yang mendahului kedatangan gubernemen belanda dan mengetahui sesuatu tentang fakta-fakta, ia dapat menuturkan enam, delapan, bahkan sepuluh turunan atau lebih tentang garis keturunan nenek moyangnya. 
      Marga seorang laki-laki mungkin bermula sejak 15 atau bahkan 20 turunan yang lalu, ini berarti telah berlangsung paling tidak empat abad yang lalu. Titik temu marga seseorang denga marga yang lain dalam sati kelompok suku berada pada beberapa turunan yang lebih awal dan begitulah seteruanya, hubungan ini berlanjut semakin ke belakang sampai zaman paling tua yang masih dikenal dan akhirnya sampai pada legenda. 
       Pengetahuan mengenai hubungan silsilah antara marga yang satu dengan yang lain tidak sama di masing-masing tempat begitu juga dalam hal pelestariannya. Dilingkungan belahan sumba, secara umum dapat dikatakan bahwa kita akan menjumpai lebih sedikit perbedaan pendapat, begitu pula penyimpangan yang terjadi dalam hal fakta garis keturunan jika dibandingkan dengan belahan lontung. Di padang lawas seabad atau dua abad setelah agama hindu meninggalkan wilayah bagian selatan itu di duduki oleh hasibuan, sedangkan wilayah utara diduduki oleh harapan dan siregar dan sisanya hingga kini masih dapat ditemukan disana sini. Pada 1880-an segera setelah putusnya isolasi berabad-abad selama mereka tinggal disana. Hasibuan menyajikan sebuah cerita kepada kontrolir (kepala distrik)  Neuman bahwa leluhur mereka berasal dari satu di antara keluarga terkemuka yang menjadi pengiring Iskandar Agung. 
      Menurut orang batak mereka semua berasal dari Si Raja Batak. Menurut legenda ia merupakan keturunan dewata. Ibu anak itu, Si Borudeakparudjar di perintahkan dewata tinggi (Debata Muladjadi Nabolon) untuk menciptakan bumi. Setelah melakukan itu ia pergi ke Siandjurmulamula untuk bermukim. Kampung inilah yang kemudian menjadi tempat tinggal Si Raja Batak, terletak di lereng Gunung Pusuk Buhit. Orang batak toba memandangnya sebagai tempat dimana seluruh bangsa Batak berasal termasuk Batak Karo. 
      Cerita yang paling tua berkisah tentang roh hutan raksasa mata satu, perjumpaan dengan para putri dewata dan makhluk adikodrati tentang kejadian-kejadian ajaib. Dalam ceritanya Si Raja Batak mempunyai dua anak laki-laki, guru Teteabulan dan Raja Isumboan yang menjadi leluhur dari kedua belahan atau cabang yang mencakup seluruk orang Batak terbagi dalam LONTUNG dan SUMBA. 
1. Belahan Lontung
     Guru Tateabulan mempunyai lima putra dan empat putri anak sulung, Raja baik-baik dikatakan pergi ke aceh dan tidak meninggalkan keturunan. 
2. Belahan Sumba
     Belahan ini bersumber dari Raja Isumbaon (pendiri pangururan). Anak satu-satunya, tuan Sorimangaraja dikatakan mempunyai tiga orang istri, semuanya perempuan Lontung masing-masing perempuan ini menjadi leluhur puak-puak penting dari belahan yang berkembang luas 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumbuhan Herbaceus, Lignosus dan Calmus

Laporan Praktikum Kimia Organik HIDROKARBON

Faktor Penyebab Kerusakan Susu